Selasa, 19 April 2011

Orang buta di tuntun orang buta

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.

Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu. Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si Buta. Kali ini si Buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta tersebut. Kali ini, si Buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Sahabat, hari ini kita belajar tentang KEBIJAKSANAAN, KEPEDULIAN DAN KERENDAHAN HATI... Betapa gelap dan butanya kita tanpa pelita kebijaksanaan... betapa banyak orang saling bertabrakan karena keegoisan, keserakahan tanpa ada kepedulian bagi sesama... Betapa gampangnya kita menghakimi dan menyalahkan "si Penabrak", padahal mungkin saja pelita kita yang padam.. bukankah diperlukan kerendahan hati untuk minta maaf??... Ah.. seandainya di dunia ini banyak orang yang saling mendukung dan saling mengingatkan !!..
Selamat bekerja, hati-hati jangan menabrak... jaga pelita kebijaksanaan agar tidak padam..

Gadis kecil dan kotak emas

Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.

Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang Ayah.

“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.

Sang ayah tak jadi marah. Namun, ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.

“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.

Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.

Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.

Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta.

Cinta dan Waktu

Nada & imach
Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak : ada CINTA, KESEDIHAN, KEKAYAAN, KEGEMBIRAAN, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kesil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak memiliki perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kaki CINTA.

Tak lama kemudian CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu “KEKAYAAN!!KEKAYAAN!!Tolong aku!!” teriak CINTA. “ Aduh! Maaf, CINTA!” kata KEKAYAAN. “ Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu KEKAYAAN cepat-cepat mangayuh perahunya pergi.

CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya. “KEGEMBIRAAN! Tolong aku!”, teriak CINTA. Namun KEGEMBIRAAN terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan CINTA.

Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai kepinggang dan CINTA semakin panic. Tak lama kemudian lewatlah KECANTIKAN. “KECANTIKAN!Bawalah aku bersamamu!”, teriak CINTA. “Wah CINTA, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini.” Sahut KECANTIKAN.

CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak- isak. Saat itu lewatlah KESEDIHAN. “ Oh, KESEDIHAN, bawalah aku bersamamu,” kata CINTA. “ Maaf, CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya.

CINTA putus asa. Ia merasakan air maki naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “CINTA! Mari cepat naik perahuku!” CINTA menoleh kearah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat CINTA naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan CINTA dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.” Oh, orang tua tadi? Dia adalah WAKTU.” Kata orang itu. “ Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan menolong aku” tanya CINTA heran. “Sebab,..” kata orang itu, “ Hanya WAKTUlah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari CINTA itu…”

Hadapi setiap masalah mu

Suatu hari keledai milik seorang petani terjatuh ke dalam sumur. Sementara si petani sang pemiliknya memikirkan apa yang harus dilakukannya terhadap keledai tadi. Akhirnya dia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur itu juga perlu ditimbun karena berbahaya. Jadi tidak berguna menolong si keledai. Ia kemudian mengajak tetangganya untuk membantunya. Mereka membawa skop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. Si keledai menyadari apa yang terjadi. Dia meronta-ronta namun ia kemudian jadi diam. Setelah beberapa skop tanah dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang melihatnya. Walaupun punggung si keledai terus ditimpa dengan tanah dan kotoran. Si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah. Lalu dia menaiki tanah tersebut. Si petani terus menuangkan tanah kotor itu ke atas punggung hewan itu namun si keledai juga terus menggoncang-goncangkan badannya. Dan kemudian melangkah naik akhirnya si keledai bisa meloncat dari sumur dan bisa melarikan diri.

Sobat .. kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran serta masalah kepada kita. Maka cara untuk keluar dari sumur itu .. dari kesedihan dan masalah itu adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita. Dan melangkah naik dari sumur dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari sumur terdalam dengan terus berjuang. Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan teruslah melangkah naik dan jangan pernah menyerah !

Termasuk jenis yang manakah anda ?

Ada dua jenis orang yang gagal :
1. Orang yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya
Artinya orang ini tidak pernah berusaha, hanya terpaku pada pikirannya terhadap kegagalan.
2. Orang yang mengalami kegagalan dan tidak pernah memikirkannya
Maksudnya orang ini telah berusaha, kemudian gagal, namun dia terus berusaha sampai meraih kesuksesan.

Contoh orang-orang yang tidak menyerah :
Merry Curie sebelum menemukan elemen radium, penelitiannya gagal sebanyak 48 kali
Thomas Alfa Edison menciptakan bola lampu melakukan percobaan sampai 9999 kali

Berkaca dari kehidupan mereka
Kegagalan bukanlah konotasi yang negatif. Kegagalan justru dijadikan sebagai langkah untuk menuju kesuksesan. Seperti cerita si keledai, dia memanajemen masalah yang dijadikan sebagai batu pijakan baginya. Tanah yang seharusnya menguburnya malah dijadikan sebagai penyelamat baginya. Thomas Alfa Edison juga menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran. Thomas mengatakan,”Aku tidak gagal. Aku justru menemukan 9999 bahan yang tidak bisa dipakai untuk bahan lampu”.

Kegagalan itu satu hal wajar terjadi. Tapi kita jangan pernah memikirkannya dan terus saja alami. Katakan bahwa langkah ini memang kurang tepat dan akan kita coba langkah yang baru untuk meraih kesuksesan yang kita inginkan.

Ada orang yang melihat masalah itu seperti donat. Orang yang pesimis, dia hanya akan memandang lubang donatnya saja. Memandang masalahnya saja. Sehingga dia menyerah terhadap masalah. Sedangkan orang yang optimis dan berpikir positif akan memandang donatnya. Masalah atau kegagalan yang dialaminya ini adalah sebuah pelajaran untuk bangkit kembali.

Melihat seseorang memukul batu seratus kali, belum pecah juga. Kemudian dia melakukan pukulan ke 101 hingga batu itu pecah. Percayalah bukan pukulan ke 101 yang membuat batu itu pecah. Tapi sebenarnya 100 pukulan yang pertama.

Kalau kita sukses, itu bukan karena kebetulan karena kita sukses pada saat ini. Namun sebenarnya buah dari jumlah kegagalan yang kita dapatkan. Thomas Webson mengatakan, ”Bila kau ingin meningkatkan kesuksesan kamu, maka tingkatkan juga angka kegagalan kamu”. Jadi kalau ingin sukses, banyak-banyak gagal. Mungkin kalimat ini terdengar lucu ? Maksudnya adalah kita harus banyak berusaha karena orang gagal itu berarti dia telah berusaha.

Ada sebuah cerita nyeleneh, Iblis ingin mengobral barang perkakas yang dimiliki. Semua perkakasnya dipajang di rak-rak. Ada barang yang bernama dengki, amarah, malas, tidak tau terima kasih, dendam. Ada suatu barang yang sederhana padahal barangnya sudah aus tapi harganya sangat tinggi. Namanya putus asa dan menyerah. Kenapa harganya mahal sekali ? Karena perkakas ini sangat mudah dipakai dan berdaya guna tinggi. Saya bisa dengan sangat mudah masuk ke dalam hati manusia dengan alat ini dibandingkan alat lain. Begitu saya berhasil masuk ke dalam hati manusia, saya dengan sangat mudah melakukan apa saja yang saya inginkan terhadap mereka. Barang ini menjadi sangat aus karena sering sekali saya pakai. Karena kebanyakan manusia tidak tau bahwa putus asa dan menyerah itu adalah kepunyaanku.

Kita kadang tidak menyadari bahwa menyerah ini termasuk bisikan syaithan. Ingatlah bahwa masalah bukan akhir dari segalanya. Tetaplah istiqomah ! Ingat .. orang hebat itu adalah orang-orang yang memberikan waktu yang lebih lama sedikit dibandingkan yang lain. Ketika orang lain sudah menyerah, dia tetap tekun dalam usahanya.

Empat karakter pemecah masalah

Orang yang bermasalah adalah orang yang mengatakan,"Saya tidak memiliki masalah!"

Setiap orang pasti memiliki masalah karena keterbatasannya sebagai manusia. Ada 4 karakter orang ketika menghadapi sebuah masalah,



1. Si putus asa,tipe orang yang sudah menyerah sebelum bertanding, hidupnya dipenuhi pesimisme dan jauh dari nilai-nilai positif, baginya hidup seperti sebuah kaset yang diputar berulang-ulang, monoton, dan ketika bertemu masalah karakter atau tipe seperti ini cenderung tidak memiliki solusi.



2. Si penyalah



Ketika masalah menghampiri maka baginya itu disebabkan oleh orang lain atau hal lain, menyalahkan orang lain atau lingkungan beserta sistem merupakan kegemaran tipe ini, tidak ada solusi yang muncul darinya, hanya hujatan dan kritik yang berlebihan.



3. Si burung onta



Sedikit lebih baik dari si putus asa, tipe burung onta lebih memilih tidak menghadapi masalah, si penghindar, orang dengan motivasi rendah. Baginya penyelesaian masalah adalah dengan menghindari dan bersembunyi di tempatnya yang nyaman dan aman. Karakter pengecut dan enggan bersosialisasi biasanya menjadi ciri orang-orang seperti ini.



4. Si pemecah kenari



Si pemecah masalah, penuh inovasi dan senang menghadapi tantangan, berusaha semaksimal mungkin menghadapi masalah dan mencari penyelesaian yang baik, meski berakhir dengan kondisi yang tidak diinginkan.Orang-orang pemecah kenari berusaha mencari solusi dengan sistematis ataupun dengan cara sederhana, orientasi mereka terhadap proses dengan hasil yang maksimal.



Bagaimana dengan kita? apakah ketika masalah yang kita temui membuat kita menjadi si putus asa? atau justru kita menyalahkan orang lain, bahkan Tuhan? atau kita lebih "menyembunyikan kepala" kita seperti si burung onta, atau kah sebagai pemecah buah kenari yang keras namun ketika isi dari buah tersebut dapat kita manfaatkan? mari kita mulai dari sekarang dengan sebuah langkah mudah, mulailah menghadapi masalah dengan senyuman, pikirkan bahwa tanpa masalah, kualitas hidup kita tidak akan bertambah, karena pedang yang bagus adalah yang paling kuat dan lama ditempanya.
Salam Sukses

Rabu, 06 April 2011

capatlah, bersegeralah,berlombalah

Al Quran dan sunnah menganjurkan setiap muslim untuk bersegera, tidak lambat, maju dan berkompetisi. Sejumlah kata dalam Al Qu'ran menyebutkan “wa saari’uu” (cepatlah), “saabiquu” (berlombalah), “fas’auw” (segeralah). Karenanya juga, Al Qu'ran Al Karim mengecap sikap santai, berlambat-lambat, bahkan sikap mundur. Lihatlah firman Allah SWT “Akan tetapi AllAh SWT tidak menyukai kesertaan mereka maka AllAh SWT menjadikan mereka tidak berangkat dan dikatakan kepada mereka duduklah kalian bersama orang-orang yang dudu.” Atau juga firman-Nya berbunyi “akhlada il al ardh” yakni sikap berat dan menempel pada bumi.

Dalam hadits juga diserukan makna-makna sepert itu. Misalnya, Rasululloh SAW bersbda,”Bersegeralah kamu melakukan amal-amal ..” atau “Bersegeralah memanfaatkan kesempatan lima sebelum yang lima …” dan semacamnya.

Apakah matahari telah berhenti bercahaya? Apakah bulan sudah tidak bergerak lagi? Apakah angin sudah berhenti berhembus? Apakah air sungai sudah membeku? Tidak. Semuanya bergerak. Semuanya tetap berpacu dan berlomba untuk terus bergerak. Zaman terus berjalan begitu cepat. Sinar melesat dengan kecepatan super kea rah yang ditujunya. Suara keluar dan segera terdengar sangat cepat. Tidak ada yang berhenti. Jika engkau berhenti, itu pertanda engkau mengalami kerugian dalam fase-fase yang snagat mahal, dan tidak akan terulang lagi selamanya. Usiamu, nafasmu, sejarahmu menuliskan rentang waktu yang engkau lewati.

Maka, bertakwalah kepada AllAh SWT di waktu malam, siang dari stu tahun ke tahun yang lain. Cukup sudah kemalasan. Cukup sudah penundaan. Bangkitlah dari kenikmatan sikap lalai dan menganggur tanpa amal. Tidak akan pernah engkau dapatkan orang yang berhenti bergerak kecuali orang-orang yang bodoh. Selain mereka, semuanya bergerak tanpa henti, seirus, sungguh-sungguh, penuh semangant.
Para petani terus mencangkul tanah sawahnya, para insinyur terus menggerakkan mesin pabriknya, dokter terus meneliti dan mengobati pasiennya, melakukan uji coba, menganalisa. Guru tetap melakukan pengkajian dan menguasai materi yang diajarkannya, menerangkan, mengenalkan ilmu kepada muridnya. Ahli ibadah begitu khusyu’ berdoa di musholanya, bertasbih. Sedangkan engkau, menunda semua amal dan mementingkan khayalan. Asyik dalam angan-angan kosong. Ingin berusia panjang dan berkehidupan sejahtera.

Seekor serigala dan kura-kura bertanding cepat. Jelas serigala lebih cepat langkah dan larinya. Ia juga lebih jauh lompatannya. Lebih kuat semngatnya. Sedangkan si kura-kura, lambat berjalannya. Si serigala dalam perjalanannya bertemu dengan kijang. Ia pun tertarik untuk memburu dan menyantapnya. Si kura-kura pun berjalan tenang hingga sampai tujuan dan berhsil mendahului si serigala.

Jangan menjadi seperti serigala ini. Menyibukkan diri, menyia-nyiakan waktu. Lupa dengan tujuan yang sebenarnya.

Ubah Kerugianmu Menjadi Keuntungan

Jika engkau merasa lapar di dunia ini. Atau bila engkau mengalami kefakiran dalam hidup ini. Atau jika engkau bersedih, engkau sakit, sengkau sangat berduka, engkau merasakan kepahitan di dunia ini. Ingatkanlah jiwa dengan kenikmatan dengan ketenangan, dengan kebahagiaan, dengan keamanan dan keabadian di surga. Bila engkau yakin dengan aqidah ini, niscaya kerugianmu akan berubah menjadi keuntungan. Dan dukamu akan berganti menjadi karunia.

Orang yang paling pandai adalah yang bekerja untuk akhiratnya, karena akhirat adalah lebih baik dan lebih abadi. Orang yang bodoh adalah orang yang melihat dunia ini sebagai tempat tinggal, tempat menetap dan ujung harapan ini. Orang seperti itu akan terpukul dengan musibah yang mungkin dialami. Mereka akan menjadi orang yang sangat menyesali peristiwa. Karena mereka tidak melihat apapun kecuali kehidupannya yang tidak mulia di dunia. Mereka tidak memiliki penilaian apapun kecuali pada dunia yang fana ini. Mereka tidak berpikir selain dunia, dan tidak bekerja kecuali untuk dunia saja. Mereka tidak mau ada kebahagiaan yang terluka dan tidak mau ada kesenangan yang ternoda.
Padahal, jika meraka bisa menyingkap tirai yang menutup hati mereka. Jika mereka bisa menyingkap katup kebodohan dari mata mereka. Niscaya mereka akan berbicara tentang keabadian surga, kenikmatannya dan istana-istananya. Niscaya mereka akan mendengarkan dengan penuh tekun wahyu-wahyu Allah yang menguraikan sifat-0sifat surga. Sesungguhnya surgalah sebuah tempat yang penting untuk diperhatikan dan direnungkan dengan pennuh keseriusan.

Pernahkah kita berfikir panjang tentang sifat-sifat para ahli surga bahwa mereaka tidak pernah sakit, tidak pernah bersedih dan juga tidak pernah mati. Mereka tidak pernah habis masa mudanya, tidak pernah lusuh pakaiannya, hidup dalam kamr-kamar yang luarnya tampak dari dalamnya, juga dalamnya tampak dari luarnya. Di dalamnya ada kenikmatan yang tek pernah terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga dan tak prnah terbesit dalam hati manuasia. Seorang yang berjalan di sana dibawah naungan pohon dari pohon-pohon surga sepanjang 100 tahun tak pernah terpututs. Panjangnya tenda di surga adalah 60 mil. Sungai-sungainya teus mengalir, istananya terbangun indah. Mengapa akal kita tidak mau berpikir? Mengapa kita masih tidak mau mentadabburi ayat-ayat itu? Seandainya kelak kita akan mengalami keadaan surga, niscaya ringanlah semua penderitaan, tegralah mata orang yang mengalami kesulitan, berbahagialah hati orang-orang yang berduka.

Duhai orang-orang yang merasa terhina dengan kekafiran dan kesulitan. Ketahuilah kebaikan bahwa engaku akan tinggal di surga AllAh SWT. Di sana engkau akan disambut dengan para malaikat yang mengatakan,”Salamun’alaykum bimaa shabartun fa ni’ma ‘uqbah daar.” Salam atas kalian atas kesabaran kalian, maka inilah tempat terkahir yang paling nikmat.
(mohon maaf kalau ada pembaca yang non muslim)

Jumat, 21 Januari 2011

Telinga & Tangan Ibu

Berada bersama ibu begitu menenangkan. Sebab rasanya ibu tak pernah lelah menjadi ‘telinga terbaik’ bagi setiap cerita yang mengalir deras dari mulut saya, setiap kali sampai di rumah, selesai beraktifitas seharian. Ibu tak perlu bertanya apapun, saya akan duduk manis berlama-lama di kamarnya, menumpahkan segala yang telah memenuhsesakkan dada ini. Saya tak pernah berpikir sebelumnya, bahwa celoteh saya saat itu bisa jadi akan menambah lelah dan memberatkan beban yang sudah menggelantung di pundak ibu. Tapi senyumnya tetap melipur hati, seolah letih itu tak ada.

Hari itu, saya begitu tergesa sampai di sekolah, hampir saja terlambat. Pagi-pagi sekali, tidak seperti biasanya, saya telah ikut sibuk membereskan banyak sekali barang. Sekitar pukul tujuh, saya dan ibu telah berada di sebuah lobby hotel terkenal di Jakarta. Hari itu, untuk yang pertama kalinya, saya berhadapan dengan sekian banyak turis yang berseliweran dengan wajah-wajah penuh antusias memandangi, melihat-lihat, dan bercakap-cakap dengan kami-para penjaja barang dagangan di stand bazaar. Kali itu, saat yang istimewa bagi ibu, hari pertama menjadi peserta bazaar yang dihadiri para turis maupun pekerja asing. Saya pun tak kalah semangatnya, sepanjang siang di sekolah tak henti-hentinya tersenyum-senyum sendiri, sampai teman sebangku saya-Rani namanya-rasanya sudah begitu bosan mendengar celotehan saya tentang pengalaman pagi itu. Menyaksikan dan terkikik geli mendengar ibu bercakap-cakap dengan para pembeli. Ngawur, tapi tetap saja ngotot. Padahal ibu tak bisa berbahasa Inggris.

Saya rasa Allah telah menganugerahkan ibu sepasang ‘tangan ajaib’. Saya ingat, belasan tahun lalu, saat saya duduk di bangku SD, rumah kami penuh dengan pernak-pernik. Saat itu, puluhan gulung pita berwarna-warni menumpuk di sudut kamar. Berjejeran pula berlembar-lembar karton tebal, busa, serta tumpukan kain. Saat itu, saya selalu senang memandangi dan bermain-main di ‘pojok berantakan’ milik ibu. Kedua tangannya telah menghasilkan barang-barang yang begitu menarik di mata saya. Saat itu, saya dengan gembira menyambut tawaran ibu untuk menjadi ‘asistennya’. Dan saya pun asyik bergumul dengan plastik-plastik kecil, membukanya kemudian memasukkan pita rambut warna-warni hasil karya ibu, dan menjepitnya dengan stapler. Hanya itu. Ibu tak memperkenankan saya untuk menyentuh ‘tempat foto’ cantik buatannya, yang digantung berjejer di dinding mar. Belum lagi tumpukan souvenir pesta pernikahan, entah ada berapa ratus. Kegembiraan saya berada di antara benda-benda menarik itu seperti membuat saya lupa, bahwa saya sering menemukan ibu terkantuk-kantuk duduk di ‘meja operasi’nya sampai tengah malam, menyelesaikan pesanan.

Ibu telah menghabiskan entah berapa bagian waktu dalam hidupnya untuk menjadi ‘ember’ ternyaman bagi diri saya. Di sanalah saya menumpahkan segala macam hal yang sering membuat ibu tersenyum geli, tertawa, atau mungkin juga turut bersedih atas apa yang saya alami. Ajaibnya, kini saya tak lagi perlu memulai percakapan itu. Sepertinya ibu telah mengetahui segala isi hati saya, tanpa perlu saya ungkapkan. Begitukah seorang ibu? Saya sempat berpikir, tak usahlah lagi menceritakan segala hal padanya. Mungkin itu hanya akan menambah lelahnya. Saya memutuskan untuk berhenti berceloteh pada ibu, toh saya sudah dewasa, dan tak lagi pantas memberatkannya dengan hal-hal tak penting macam celotehan itu. Namun hari itu, ibu menelpon saya ke kantor dan menegur saya, “Ta, kapan kamu ke rumah? Kita kan udah lama nggak cerita-cerita…”

Ibu tak hanya pendengar setia bagi celoteh anaknya, namun ia juga telah memberi dan mengajarkan saya banyak hal melalui kedua ‘tangan ajaib’nya. Ia mengajarkan saya untuk selalu berusaha menjadi pendengar yang baik bagi orang lain, melalui mimik wajah serta kalimat-kalimatnya menanggapi setiap perkataan yang saya ucapkan. Saya belajar, bahwa setiap perhatian kecil yang diberikan kepada seorang anak, maka yang tersimpan padanya adalah sebuah kasih sayang besar dan keyakinan bahwa ia disayangi. Saya belajar, bahwa kedua tangan anugerah Allah ini, adalah modal bagi kerja keras yang harus dilakukan demi orang-orang tercinta, keluarga. Entah apapun yang dapat diperbuat.

Saya tak heran, betapa banyak teman dan relasi bisnis yang ibu miliki sekarang. Banyak pula kerabat dekat yang betah berlama-lama mengobrol dengan ibu. Tak sedikit orang yang mengagumi ‘bakat’ yang mereka katakan terhadap keterampilan yang ibu miliki. Ibu menyebutnya hobi, tapi saya memahaminya sebagai cara ibu bersenang-senang dengan ‘tuntutan’ padanya untuk membantu ayah membiayai keluarga. Seringkali lelah membayang dalam raut wajah ibu, namun tak jarang saya mendapatinya berbinar kala ‘tangan ajaib’nya telah berhasil ‘menciptakan’ karya baru.

Sekarang ini, adalah giliran saya untuk menjadi ‘telinga terbaik’ bagi ibu sampai hari tuanya nanti, dan mempersembahkan hasil yang dapat saya raih dari kedua belah tangan ini untuk membahagiakannya.